BAB I
KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM
Tujuan pada dasarnya tujuan hidup manusia adalah
untuk mencapai kesejahteraan, meskipun manusia memaknai 'kesejahteraan' dengan
perspektif yang berbeda-beda. Sebagian besar paham ekonomi memaknai
kesejahteraan sebagai kesejahteraan material duniawi. Islam memaknai
'kesejahteraan dengan istilah falah yang berarti kesejahteraan holistik
dan seimbang antara dimensi material dan spiritual, individu-sosial dan
kesejahteraan di hidup duniawi dan akhirat. Sejahtera dunia diartikan sebagai
segala yang memberikan kenikmatan hidup indrawi, baik fisik, intelektual,
biologis ataupun material. Sedangkan kesejahteraan akhirat diartikan sebagai
kenikmatan yang akan diperoleh setelah kematian manusia. Perilaku manusia di
dunia diyakini akan berpengaruh terhadap kesejahteraan di akhirat yang abadi.
Informasi mengenai kesejahteraan ini hanya dapat diperoleh dari Allah SWT,
yaitu melalui ajaran yang diwahyukan dalam alquran dan sunnah.
Dalam upaya mencapai kesejahteraan manusia
menghadapi masalah, yaitu kesenjangan antara sumber daya yang ada dengan
kebutuhan manusia. Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan berbagai
sumber daya yang memadai untuk mencukupi kebutuhan manusia. Namun, adanya ketidakmerataan
distribusi sumber daya, berbagai keterbatasan manusia, serta munculnya konflik
antara tujuan duniawi dan ukhrawi menyebabkan terjadinya kelangkaan relatif.
Ilmu ekonomi Islam lahir untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Falah dapat terwujud apabila terpenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup manusia secara seimbang serta terciptanya maslahah.
Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non
material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling
mulia. Maslahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri dari lima hal,
yaitu agam (dien), jiwa (nafs), intelektual ('aql),
keturunan (nasl) dan material (maal).
Terdapat tiga aspek utama harus diselesaikan oleh
ekonomi agar falah tercapai, yaitu (1) konsumsi; output dan momoditas apa dan
berapa agar kemaslahatan maksimal tercapai; (2) produksi; bagaimana output
dihasilkan agar kemaslahatan tercapai; (3) distribusi; bagaimana sumber daya
dan output didistribusikan agar setiap individu mendapatkan maslahah
yang maksimal.
Ekonomi merupakan bagian integral dari ajaran
Islam, dan karenanya ekonomi Islam akan terwujud hanya jika ajaran islam
diyakini dan dilaksanakan secara menyeluruh.Ekonomi Islam mempelajari pelaku
ekonomi individu-individu yang secara sadar dituntun oleh ajaran Islam Alquran
dan Sunnah dalam memecahkan masalah ekonomi yang dihadapi.
Secara umum ekonomi Islam didefinisikan sebagai
suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang dan akhirnya menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami. Yang denga
cara-cara Islami disini adalah cara-cara yang didasarkan atas Alquran dan
Sunnah.Jadi, ilmu ekonomi Islam Mendasarkan segala aspek tujuan metode
penurunan ilmu, dan nilai-nilai yang terkadung pada agama Islam.
Ekonomi Islam tidak
mendikotomi antara sapek normatif dan positif dalam ilmu. Dalam pandangan
positivisme ekonomi (konvensional) hanya mempelajari perilaku ekonomiyang ada
dan memisahkan aspek ‘petunjuk yang datang dari selain individu pelaku ekonomi,
seperti kebijakan pemerintah ataupun etika sosial. Aspek ini dipandang sebagai
suatu yang normatif. Ekonomi Islam mempelajari apa yang (akan dan telah)
terjadi pada individu dan masyarakat yang perilaku ekonominya diilhami oleh
nila-nilai Islam.
Ekonomi Islam dibangun atas
dasar perilaku individu yang rasional Islami. Rasional Islami dalam hal ini
tidak dimaknai sebagai rasional sempit, melainkai perilaku logis bagi setiap
individu yang sadar dan perhatian untuk memperoleh falah. Hal ini
menuntut manusiaa untuk akan pengorbankan kepentingan duniawinya untuk
mendapatkan kesejahteraan akhirat atau melakukan tindakan etis yang
mengorbankan kepentingan individu dan material demi memperoleh maslahah
yang lebih besar. Perilaku etis dipandang sebagai perilaku rasional ketika
sejalan dengan nilai-nilai falah.
Kebenaran ilmiah dalam
ekonomi Islam didasarkan atas dua hal, yaitu kebenaran mutlak dan kebenaran
relatif. Kebenaran mutlak hanya berasal dari wahyu –Alquran dan Sunnah-dan
turunnya, sedangkan kebenaran relatif bersumber dari fenomena ala semesta.
Ketika kebenaran ditemukan dari wahyu, maka tetap dianggap sebagai kebenaran
ilmiah meskipun tidak dijumpai fakta yang cukup mendukung. Namun, kebenaran yang
diperoleh dari pengamata dan fakta baru dapat dikatakan sebagai kebenaran
ketika tidak bertentangan dengan wahyu. Jika kebenaran faktual ini belum
didukung oleh kebenarah wahyu, maka belum dapat dianggap sebagai ilmu ekonomi
Islam melainkan bukti sementara dan sebatas proses mendapatkan kebenaran
ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar