Translate

Senin, 24 Maret 2014

KAPITA SELEKTA EKONOMI ISLAM


                                                                                      BAB I
                                                     KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM 

Tujuan pada dasarnya tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan, meskipun manusia memaknai 'kesejahteraan' dengan perspektif yang berbeda-beda. Sebagian besar paham ekonomi memaknai kesejahteraan sebagai kesejahteraan material duniawi. Islam memaknai 'kesejahteraan dengan istilah falah yang berarti kesejahteraan holistik dan seimbang antara dimensi material dan spiritual, individu-sosial dan kesejahteraan di hidup duniawi dan akhirat. Sejahtera dunia diartikan sebagai segala yang memberikan kenikmatan hidup indrawi, baik fisik, intelektual, biologis ataupun material. Sedangkan kesejahteraan akhirat diartikan sebagai kenikmatan yang akan diperoleh setelah kematian manusia. Perilaku manusia di dunia diyakini akan berpengaruh terhadap kesejahteraan di akhirat yang abadi. Informasi mengenai kesejahteraan ini hanya dapat diperoleh dari Allah SWT, yaitu melalui ajaran yang diwahyukan dalam alquran dan sunnah.
Dalam upaya mencapai kesejahteraan manusia menghadapi masalah, yaitu kesenjangan antara sumber daya yang ada dengan kebutuhan manusia. Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan berbagai sumber daya yang memadai untuk mencukupi kebutuhan manusia. Namun, adanya ketidakmerataan distribusi sumber daya, berbagai keterbatasan manusia, serta munculnya konflik antara tujuan duniawi dan ukhrawi menyebabkan terjadinya kelangkaan relatif. Ilmu ekonomi Islam lahir untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Falah dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia secara seimbang serta terciptanya maslahah. Maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Maslahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri dari lima hal, yaitu agam (dien), jiwa (nafs), intelektual ('aql), keturunan (nasl) dan material (maal).
Terdapat tiga aspek utama harus diselesaikan oleh ekonomi agar falah tercapai, yaitu (1) konsumsi; output dan momoditas apa dan berapa agar kemaslahatan maksimal tercapai; (2) produksi; bagaimana output dihasilkan agar kemaslahatan tercapai; (3) distribusi; bagaimana sumber daya dan output didistribusikan agar setiap individu mendapatkan maslahah yang maksimal.
Ekonomi merupakan bagian integral dari ajaran Islam, dan karenanya ekonomi Islam akan terwujud hanya jika ajaran islam diyakini dan dilaksanakan secara menyeluruh.Ekonomi Islam mempelajari pelaku ekonomi individu-individu yang secara sadar dituntun oleh ajaran Islam Alquran dan Sunnah dalam memecahkan masalah ekonomi yang dihadapi.
Secara umum ekonomi Islam didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang Islami. Yang denga cara-cara Islami disini adalah cara-cara yang didasarkan atas Alquran dan Sunnah.Jadi, ilmu ekonomi Islam Mendasarkan segala aspek tujuan metode penurunan ilmu, dan nilai-nilai yang terkadung pada agama Islam.
            Ekonomi Islam tidak mendikotomi antara sapek normatif dan positif dalam ilmu. Dalam pandangan positivisme ekonomi (konvensional) hanya mempelajari perilaku ekonomiyang ada dan memisahkan aspek ‘petunjuk yang datang dari selain individu pelaku ekonomi, seperti kebijakan pemerintah ataupun etika sosial. Aspek ini dipandang sebagai suatu yang normatif. Ekonomi Islam mempelajari apa yang (akan dan telah) terjadi pada individu dan masyarakat yang perilaku ekonominya diilhami oleh nila-nilai Islam.
            Ekonomi Islam dibangun atas dasar perilaku individu yang rasional Islami. Rasional Islami dalam hal ini tidak dimaknai sebagai rasional sempit, melainkai perilaku logis bagi setiap individu yang sadar dan perhatian untuk memperoleh falah. Hal ini menuntut manusiaa untuk akan pengorbankan kepentingan duniawinya untuk mendapatkan kesejahteraan akhirat atau melakukan tindakan etis yang mengorbankan kepentingan individu dan material demi memperoleh maslahah yang lebih besar. Perilaku etis dipandang sebagai perilaku rasional ketika sejalan dengan nilai-nilai falah.
            Kebenaran ilmiah dalam ekonomi Islam didasarkan atas dua hal, yaitu kebenaran mutlak dan kebenaran relatif. Kebenaran mutlak hanya berasal dari wahyu –Alquran dan Sunnah-dan turunnya, sedangkan kebenaran relatif bersumber dari fenomena ala semesta. Ketika kebenaran ditemukan dari wahyu, maka tetap dianggap sebagai kebenaran ilmiah meskipun tidak dijumpai fakta yang cukup mendukung. Namun, kebenaran yang diperoleh dari pengamata dan fakta baru dapat dikatakan sebagai kebenaran ketika tidak bertentangan dengan wahyu. Jika kebenaran faktual ini belum didukung oleh kebenarah wahyu, maka belum dapat dianggap sebagai ilmu ekonomi Islam melainkan bukti sementara dan sebatas proses mendapatkan kebenaran ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar